semalam aku menunggumu. aku berharap kau hadir dalam mention di twitterku atau tertera dalam wall facebook-ku. kupaksakan kelambu kantukku untuk setia menungguimu. hingga larut. dan malam tak bisa lagi kompromi.
aku merindumu melebihi punguk terhadap bulan. hingga imajiku membujukku untuk terus berkhayal bahwa kau ada di sini -atau setidaknya meneleponku- dan bercerita tentang harimu yang tak kau lalui denganku.
***
sepagi ini aku sudah terbangun. satu jam lebih awal dari waktu alarm berbunyi. dan kamu, masih sama seperti semalam. menguasai pikiranku dan jantungku. seperti detak jantung yang tak pernah berhenti dan seperti angin yang tak pernah sepi berhembus dikala hujan.
kulihat light red pada ponselku menyala, tanda ada pemberitahuan yang belum sempat kubaca.
ada banyak pemberitahuan. tiga pesan untuk alamat emailku, dua pesan untuk blackberry messengerku, satu pesan untuk facebook-ku, dan satu lagi untuk twitter-ku.
facebook dan twitter. dua hal yang selalu menyita perhatianku, karena aku yakin salah satunya ada namamu. dan memang seperti itu. tak ada media lain bagi kau dan aku untuk bersapa sejak ponselmu seperti sedang berada di ICU.
***
ada mention darimu. meski bukan kata-kata spesial yang kau kirim untukku, tapi setidaknya itu cukup untuk mengobati rinduku yang semakin menggila. setidaknya kelakarmu bisa kuartikan semauku. kuartikan sebagai apa saja, asal hatiku tak lagi merindumu. dan agar kau dan aku dapat selalu bersapa dalam dunia maya.
lelaki,
pernahkah kau sadari bahwa aku sudah mulai terbiasa dengan sapaanmu dipagi hingga malamku?
pernahkah kau mengerti bahwa aku tak ingin kehilangan sapaan hangatmu walau sedetik?
dan pernahkah kau tahu bahwa hatiku telah ada untukmu sebelum kita pernah berjenaka?
maka jangan hilangkan kebiasaanmu itu. jangan biarkan aku lari dari hidupmu dan ijinkan namaku untuk selalu ada dalam setiap puisimu.
Jakarta, 01.09.11, 08.00am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar