29 Agu 2011

kawan,
apa yang kalian pikirkan jika hari ini adalah satu hari menjelang Hari Lebaran?
belanja?
memasak?
mudik?
hang-out?
libur?
cuti?
aku tahu kata kunci dari semua jawaban kalian; HOLIDAY
karena memang seperti itulah yang lazim terjadi di (ibu) kota ini.
tapi pagi ini, seperti biasa, aku bersiap untuk pergi ke kantor. tanpa cuti, apalagi libur untuk malam takbiran.
dan kawan,
di tempat ini aku tak mengenal libur. terlalu asing.
karena libur sangat bergantung pada almenak.
jika ada merah mewarnai angka tertentu, saat itulah aku mendapatkan libur.
peraturan yang sederhana tapi menyesakkan.

Kelapa gading, malam takbiran 2011

28 Agu 2011

Gara.gara twitter

aku mengidap sakit pencemburu,
yang kadang bisa kambuh hanya karena melihatmu bersapa dengan wanita di twitter


_28.8.11, 08.27pm_

27 Agu 2011

Pergi dan Lupakan

saat ini kau sudah menghapus kontakku dari daftar BBM-mu. besok, atau mungkin nanti malam kau akan menghapus namaku dari memorimu. dan lusa nanti, semua kisah tentangku akan kau hapus juga dari tempat terpencil di hatimu.
hingga semua hal yang menyangkut diriku kau musnahkan dan tak kau kenang lagi.
sudahlah Boan, jangan berlaku seperti anak lakilaki berusia enam tahun. kini kau tak lagi berada pada masa itu. jangan kau diamkan aku karena hal yang tak kuketahui.
katakan padaku setiap hasta kesalahanku padamu -yang mampu menciptakan jarak antara kita-. atau cukup kau tatap aku dan katakan tanpa ragu bahwa kau memang membenciku sejak lama, sejak pertemuan kita di akhir september tahun lalu. dengan begitu, aku tak akan membiarkan diriku berharap banyak lagi tentangmu. tak berharap bahwa hujan akan membuat waktu berjalan lebih lama saat bersamamu. dan tak lagi berharap kau memarahiku karena kecerobohanku melupakan sarapan pagiku atau memarahiku karena aku diamdiam menyembunyikan hari ulang tahunku padamu.

Kelapa Gading, 27.8.2011. 1410pm

13 Agu 2011

kamis

Kamis....
aku masih diam seperti "anak bawang" dalam sebuah permainan. mungkin wujudku kadang transparan hingga banyak orang di tempat ini yang tidak melihat aku. "memang selalu seperti ini jika menjadi orang baru", batinku dalam hati.
di sini, aku mempunyai meja sendiri (benar-benar sendiri) dengan satu komputer (yang kupakai sekarang ini) dan tumpukan kertas yang aku sendiri tak pernah tahu harus kuapakan kertas-kertas ini. di sebelah ruanganku, ada tiga orang dengan meja dan pekerjaannya masing-masing. mereka telah terbiasa dengan tempat ini, dengan kesepian yang tak pernah terpecahkan. benar-benar pecinta pekerjaan. tak pernah berbincang dengan topik lain, selain mengenai pekerjaan. tapi setidaknya mereka tidak tersekat seperti aku. mereka bertiga tergabung dalam satu atmosfer, tanpa lemari dokumen (yang pada akhirnya kadang membuatku nyaman) atau pembatas lain.
suara keras Mr. G mengagetkan aku. ya, memang selalu begitu. setiap perkataan yang keluar dari bibirnya memang tak pernah terduga. selalu banyak kejutan dari "tuan mister" satu itu. bercerita tentang dia, dalam hati aku selalu berdoa agar aku tak pernah bersinggungan langsung dengan "tuan mister". entahlah, aku tak mau. tak beralasan. sudahlah, tak perlu diperpanjang lagi pembicaraan tentang dia. sebab sebenarnya aku sendiri tak begitu mengenal si "tuan mister". perkataannya pun aku tak sepenuhnya mengerti. malah mungkin tak satu pun yang aku mengerti.

***

14.00
aku mulai menghitung bonus calculation yang biasa kita sebut dengan THR. maklumlah, ini perusahaan asing. maka setiap istilah terasa tidak akrab di telinga. dan akhirnya, hari ini aku tak berwujud menjadi orang yang transparan lagi (hanya untuk waktu satu jam tiga puluh menit).
dan kawan, tolong biarkan aku mengerjakan tugasku dulu. aku tak ingin menjadi orang yang transparan lagi. karena aku ingin bisa. aku ingin melebihi "guruku". hingga aku tak perlu lagi mengganggap diriku transparan dan tak terlihat.

11 Agt 2011

12 Agu 2011

untuk satu nama yang terdengar kurang penting

kawan, tahukah kamu arti persahabatan? tahukah cara bersahabat?
abstrak. dan klise.
tapi nyatanya masih ada beberapa orang yang (mungkin) sama sekali belum mengerti arti persahabatan itu.
aku mengenalnya sudah hampir setahun (dengan frekuensi bertemu hampir setiap hari). senin-jumat, sejak pukul delapan pagi hingga petang. dia lelaki. dengan usia yang tidak lagi ABG, dengan pemikiran yang tidak lagi kanak-kanak (seharusnya). tapi entahlah apa yang pernah terjadi padanya? pola pikirnya yang selalu melebihi batas normal itu membuatku jengkel. mungkin aku bukan orang pertama yang merasakannnya. aku adalah beberapa orang yang hanya mampu menelan ludah setelah sebelumnya menggelengkan kepala, akibat ulahnya.
dan kini, terjadi lagi.
mulanya kami biasa saja hingga akhirnya terjebak dalam situasi yang kurang menguntungkan untukku. mungkin karena kekecewaannya padaku -karena aku tak bisa memenuhi permintaannya- ia menjadi bersikap tidak mengenakkan padaku. dua hari yang lalu, kemarin, dan hari ini, ia memperlakukanku tidak adil. ah, aku lupa menceritakan bahwa aku sudah tidak satu atap lagi dalam mencari pendapatan. aku memilih hengkang dari salah satu bank swasta di Jakarta dan memilih untuk menjadi nasabah biasa saja -yang tak mau tahu mengenai perbankan secara prosedural-.
maka selama tiga hari itu aku berlaku sebagai nasabah. aku datang dengan sejumlah dokumen yang harus meminta pertolongan darinya sebagai pegawai bank. dalam pikiranku tidak pernah terlintas bahwa penolakanku sore itu menjadi hal besar bagi dirinya. seperti biasa, sedikit kelakarku kubawa dalam mengawali perjumpaan itu. dan entahlah, ia langsung menolak dokumen yang kubawa dan "melempar" aku pada rekan yang jauh lebih muda (namun lebih dewasa) darinya.
aku paham dan sangat mengerti bahwa tindakan tersebut tidak diperbolehkan dalam etika perbankan. menolak nasabah tanpa alasan.
baiklah, dia memang beralasan untuk berlaku seperti itu. namun, apakah diperbolehkan jika alasan yang dia miliki adalah alasan pribadi -karena memiliki konflik pribadi- denganku? atau beralasan sedang malas melayani? huhhh, sungguh tidak bisa diterima akal sehat, terutama untuk ukuran pegawai yang sudah bekerja lebih dari dua tahun.
dalam hati aku ingin mengutuk. belum lagi jika mengingat setiap urutan huruf yang menggabung menjadi kata dan kemudian kalimat, yang pernah dia tujukan untukku. sungguh mengiris rasa, apalagi untuk seorang wanita dan untuk seseorang yang pernah saling mengenal lebih dari hubungan pertemanan.
aku berharap bahwa asumsiku salah. semoga dia bersikap seperti itu bukan dengan alasan yang tertanam dalam pikirku.

_menjelang sore, MOI_


***

hingga kini, sehari sejak kejadian itu, aku masih terus mengingatnya sebagai hal terburuk yang aku alami dalam seminggu ini. masih sulit kupercaya bahwa ia yang melakukannya, ia yang pernah menemaniku dalam masa sulit, dan sebaliknya. ingatkah kau lelaki? saat kita mempunyai komitmen yang tak pernah diucapkan, hanya dengan isyarat kau sampaikan padaku, dan aku mengerti. lantas kita tak pernah mempermasalahkan hal yang mungkin bisa membuat kita jauh.
dan apa yang terjadi padamu kini, lelaki?
seperti tak mengenalmu.

9 Agu 2011

Tiga Paragraf Untukmu

aku masih senang mengingatmu,
menyebut-nyebut namamu dalam hatiku
sambil berimaji suaramu di telingaku.
aku telah terbiasa mendengarmu berceloteh semaumu. dan
melihat keras kepalamu menguasai harimu hingga setiap orang mengernyitkan dahinya
hanya untuk menekan ketidaknyamanan mereka.
tapi aku menyukainya,
sangat menyukainya.
huh, ini candu namanya, dan tidak wajar.
lucu, dalam malamku aku selalu yakin kau akan mengirimkan pesan pendek untukku,
tanpa kusadari bahwa kita tak pernah bertukar nomor telepon.
lantas kusadari: apa yang bisa kuharap lagi darimu?
sedang nomor telepon saja kau enggan berbagi. aku memilih untuk hilang ingatan
saat pikiran itu mulai mencengkram jantungku.
lelaki, aku ingin membisikkanmu satu hal. bahwa aku mulai jatuh cinta,
entah sejak kapan. aku jatuh cinta pada kelakarmu. aku menyukai jenakamu.
aku menyenangi kejahilanmu. aku merindu pada keras kepalamu.
aku mengagumi sikap semaumu.
dan dalam siang aku bermimpi memilikimu, hingga pekat malam berkuasa,
lalu menelan mimpi-mimpiku tanpa sisa.


21.11.10