kawan, tahukah kamu arti persahabatan? tahukah cara bersahabat?
abstrak. dan klise.
tapi nyatanya masih ada beberapa orang yang (mungkin) sama sekali belum mengerti arti persahabatan itu.
aku mengenalnya sudah hampir setahun (dengan frekuensi bertemu hampir setiap hari). senin-jumat, sejak pukul delapan pagi hingga petang. dia lelaki. dengan usia yang tidak lagi ABG, dengan pemikiran yang tidak lagi kanak-kanak (seharusnya). tapi entahlah apa yang pernah terjadi padanya? pola pikirnya yang selalu melebihi batas normal itu membuatku jengkel. mungkin aku bukan orang pertama yang merasakannnya. aku adalah beberapa orang yang hanya mampu menelan ludah setelah sebelumnya menggelengkan kepala, akibat ulahnya.
dan kini, terjadi lagi.
mulanya kami biasa saja hingga akhirnya terjebak dalam situasi yang kurang menguntungkan untukku. mungkin karena kekecewaannya padaku -karena aku tak bisa memenuhi permintaannya- ia menjadi bersikap tidak mengenakkan padaku. dua hari yang lalu, kemarin, dan hari ini, ia memperlakukanku tidak adil. ah, aku lupa menceritakan bahwa aku sudah tidak satu atap lagi dalam mencari pendapatan. aku memilih hengkang dari salah satu bank swasta di Jakarta dan memilih untuk menjadi nasabah biasa saja -yang tak mau tahu mengenai perbankan secara prosedural-.
maka selama tiga hari itu aku berlaku sebagai nasabah. aku datang dengan sejumlah dokumen yang harus meminta pertolongan darinya sebagai pegawai bank. dalam pikiranku tidak pernah terlintas bahwa penolakanku sore itu menjadi hal besar bagi dirinya. seperti biasa, sedikit kelakarku kubawa dalam mengawali perjumpaan itu. dan entahlah, ia langsung menolak dokumen yang kubawa dan "melempar" aku pada rekan yang jauh lebih muda (namun lebih dewasa) darinya.
aku paham dan sangat mengerti bahwa tindakan tersebut tidak diperbolehkan dalam etika perbankan. menolak nasabah tanpa alasan.
baiklah, dia memang beralasan untuk berlaku seperti itu. namun, apakah diperbolehkan jika alasan yang dia miliki adalah alasan pribadi -karena memiliki konflik pribadi- denganku? atau beralasan sedang malas melayani? huhhh, sungguh tidak bisa diterima akal sehat, terutama untuk ukuran pegawai yang sudah bekerja lebih dari dua tahun.
dalam hati aku ingin mengutuk. belum lagi jika mengingat setiap urutan huruf yang menggabung menjadi kata dan kemudian kalimat, yang pernah dia tujukan untukku. sungguh mengiris rasa, apalagi untuk seorang wanita dan untuk seseorang yang pernah saling mengenal lebih dari hubungan pertemanan.
aku berharap bahwa asumsiku salah. semoga dia bersikap seperti itu bukan dengan alasan yang tertanam dalam pikirku.
_menjelang sore, MOI_
***
hingga kini, sehari sejak kejadian itu, aku masih terus mengingatnya sebagai hal terburuk yang aku alami dalam seminggu ini. masih sulit kupercaya bahwa ia yang melakukannya, ia yang pernah menemaniku dalam masa sulit, dan sebaliknya. ingatkah kau lelaki? saat kita mempunyai komitmen yang tak pernah diucapkan, hanya dengan isyarat kau sampaikan padaku, dan aku mengerti. lantas kita tak pernah mempermasalahkan hal yang mungkin bisa membuat kita jauh.
dan apa yang terjadi padamu kini, lelaki?
seperti tak mengenalmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar